BK DI SD
Selasa, 29 November 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peserta didik
yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan
usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ,
EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih
melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan
memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih
bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Beberapa tahun yg lalu,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata
pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2
jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam
pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya
mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan
tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu
keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata
pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir
holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan pembelajaran terpadu?
2.
Apa prinsip pembelajaran terpadu?
3.
Apa saja ciri pembelajaran terpadu?
4.
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran terpadu?
5.
Apa pentingnya pembelajaran terpadu?
C. Tujuan
Agar dapat memahami tentang pembelajaran terpadu kemudian
prinsip, ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan serta mengetahui pentingnya
pembelajaran terpadu diterapkan di Sekolah Dasar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran Terpadu
Menurut Cohen
dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi
pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam
suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum),
hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning).
Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran
melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna
sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan
tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas
pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai
dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan
belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada
tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core
/ center of interest);
Pembelajaran
terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan
menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally
Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori pembelajaran yang
menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur
intelektual anak.
Langkah awal
dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah pemilihan/ pengembangan topik
atau tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak anak didiknya untuk
bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema tersebut. Dengan
demikian anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pembuatan
keputusan.
Pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas
pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam
proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan
berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut terlihat dengan
dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan
kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar, untuk
membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman
pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan
membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak (Prabowo, 2000:3).
B.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu
Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip
dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi : 1) prinsip penggalian tema, 2)
prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, 3) prinsip evaluasi dan 4) prinsip
reaksi.
- Prinsip penggalian tema antara lain :
a.
Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan
mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi
b.
Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang
dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar
selanjutnya
c.
Tema harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan psikologis anak
d.
Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi
sebagian besar minat anak
e.
Tema yang dipilih
hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam
rentang waktu belajar
f.
Tema yang dipilih
hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari
masyarakat
g.
Tema yang dipilih hendaknya juga
mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
- Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya :
a. guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan
dalam proses belajar mengajar
b. pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerjasarna kelompok
c. guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam poses perencanaan.
- Prinsip evaluatif adalah :
a. memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk
evaluasi lainnya
b. guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
disepakati dalam kontrak.
4. Prinsip reaksi,
dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi perilaku secara sadar
belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru
dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga
tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap
reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit
tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.
C.
Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu
Hilda Karli dan Margaretha (2002:15)
mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut:
- Holistik, suatu peristiwa yang menjadi
pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang
studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
- Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep
lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak
mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah
nyata di dalam kehidupannya.
- Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan
melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak
untuk belajar.
Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD
(1977:7) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut
ini.
- Berpusat pada anak
- Memberikan pengalaman langsung pada anak
- Pemisahan antara bidang studi tidak begitu
jelas
- Memyajikan konsep dari berbagai bidang
studi dalam suatu proses pembelajaran.
- Bersikap luwes
- Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak.
D.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan
dibandingkan dengan pendekatan konvensional, yaitu sebagai berikut.
- Pengalaman dan kegiatan belajar peserta
didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
- Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan
dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
- Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna
bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
- Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan
keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.
- Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan
yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam
kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
- Jika pembelajaran terpadu dirancang
bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait,
guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta
didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan,
belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping ada kelebihan
di atas, pembelajaran terpadu memiliki kelemahan, terutama dalam
pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih
banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi
dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang Diknas (ttg:9)
mengidentifikasi beberapa kelemahan pembelajaran terpadu antara lain dapat
ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.
1.
Aspek Guru
Guru harus
berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang
handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan
materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca
buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu
saja.
2.
Aspek Peserta Didik
Pembelajaran
terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan
bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang,
memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak
dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terlambat.
3.
Aspek Kurikulum
Kurikulum harus
luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan
pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam
mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta
didik.
4.
Aspek Penilaian
Pembelajaran terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh
(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari
beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.
5.
Aspek Suasana Pembelajaran
Pembelajaran
terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan
‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan
sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi
gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang
pendidikan guru itu sendiri.
E.
Pentingnya Pembelajaran Terpadu Diterapkan Di
Tingkat Sekolah Dasar
Piaget mengemukakan bahwa perkembangan
intelektual anak meliputi tahapan:
a.
sensori-motor,
b.
pra operasional,
c.
operasional konkrit
d.
operasional formal.
Anak-anak usia dini (2-8
th) berada pada tahapan pra operasional dan operasional konkrit, sehingga kalau
kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran di kelas hendaknya guru
memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini. Secara khusus
pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan anak
usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek
perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan
lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental,
sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu
dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.
Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok
digunakan di tingkat SD sebagai berikut.
- Pendidikan di SD harus memperhatikan
perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf perkembangannya, anak
SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat
memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.
- Di samping memperhatikan perkembangan
intelektual anak, guru juga haru mengurangi dampak dari fenomena ini di
antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai
sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan
tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan integratif. Cakrawala
pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan
mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat
dalam memandang manusia secara utuh.
BAB III
KESIMPULAN
Pembelajaran
terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan
menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally
Appropriate Practical). Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan
dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala
penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah.
Secara
khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan
anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana
aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan
lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental,
sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu
dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA