PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA UNTUK MENGENTASKAN MASALAH
Selasa, 29 November 2016
Makalah
Tugas Akhir
PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA
UNTUK MENGENTASKAN MASALAH PILIHAN KARIER DALAM PERSPEKTIF BUDAYA
UNTUK MENGENTASKAN MASALAH PILIHAN KARIER DALAM PERSPEKTIF BUDAYA
Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas
Akhir Mata Kulian Konseling Lintas Budaya
Oleh:
Rini Kusuma Dewi
14130033
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2016
1. Pelaksanaan Konseling Lintas Budaya
Untuk melaksanakan suatu bimbingan dan konseling, maka
setiap guru pembimbing atau konselor
harus memperhatikan dan menjalankan asas-asas yang ada dalam bimbingan
konseling, itu merupakan kode etik yang harus diketahui dan berpegang teguh
pada asas itu dan asas yang dimaksud yaitu salah satunya adalah asas
kemandirian. Oleh sebab itu pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan
menjadikan si klien dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain
atau tergantung pada konselor. Hal ini
bermaksud untuk dapat mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana
adanya, menerima diri sendiri dan
lingkungan secara positif dan dinamis, mengambil keputusan untuk dan oleh diri
sendiri, mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi,minat dan
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dan apabila dalam penyajiaan dari studi
kasus ini terdapat kesamaan dengan identitas atau masalah dengan orang lain hal
itu hanya secara kebetulan saja.
Deskripsi
Permasalahan Klien:
Fuad merupakan
seseorang lulusan teknologi informasi yang
berada di sumatera .saat ini Fuad sendiri merupakan orang suku lampung
asli. Ia berniat untuk melamar pekerjaan dijakarta sebagai karyawan
diperusahaan ternama, namun ketika ingin melamar pekerjaan disana ia mengalami hambatan karena ia bersuku lampung,
sedangkan penerimaan karyawan dari suku lampung itu sulit karena suku lampung
terkenal bahwa mereka berwatak keras dan suka membegal. Jadi perusahaan yang
berda di jakarta enggan untuk menerima karyawan dari lampung tersebut.
2. Identifikasi
Masalah
Konseli
Dalam
Satu
Persfektif
Teori Konseling
Dilihat dari deskripsi diatas
dapat simpulkan bahwa
konseli menunjukan bentuk pemikiran yang cenderung memiliki kekawatiran dan
akhirnya memunculkan kecemasan yang berlebihan hingga membuat klien menunjukan
sikap gelisah yang berlebihan. Maka klien memerlukan konsultasi kepada
seseorang yang ahli seperti konselor.
Permasalahan klien diatas dapat di
lakukan konseling dengan menggunakan Teori client-centered.
Teori client-centered itu sendiri menekankan bahwa manusia dapat
dipercaya karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif. Setiap individu
memiliki kemampuan menuju keadaan psikologis yang sehat secara sadar dan
terarah dari dalam dirinya. Teori client-centered juga dianggap sebagai self-theory, untuk
menjadi individu yang memiliki self yang sehat, klien memerlukan penghargaan
yang positif, kehangatan cinta, kepedulian, dan penerimaan.
Rogers mengungkapkan bahwa kepribadian manusia itu unik dan
positif. Setiap individu memiliki kecenderungan untuk mengaktualisasikan
dirinya secara terarah dan konstruktif.
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam clien-centered
adalah menciptakan suasana konseling yang kondusif untuk membantu klien menjadi
pribadi yang dapat berfungsi secara utuh dan positif. Titik berat dari tujuan
client-centered adalah menjadikan tingkah laku klien kongruen dan autentik.Hal
penting yang ingin dicapai dari client-centered adalah menjadikan klien sebagai
pribadi yang berfungsi sepenuhnya yang memiliki arti sama dengan aktualisasi
diri.
Teknik yang digunakan dalam client-centered adalah
empathy, positive regard(acceptance), congruence.Empati adalah kemampuan
terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini
kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan
berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin
menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling
berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan
dan pembelajaran. Positive Regard yang di kenal juga sebagai akseptansi adalah
geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi – sangat menghargai
klien karena keberadaannya.Congruence / Kongruensi adalah kondisi transparan
dalam hubungan tarapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan – pulasan.
Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.
Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.
3.
Identifikasi Karakteristik Dan Nilai Dari Konseli Dan Konselor Berdasarkan Nilai Budaya Yang Dianut
Setiap manusia atau
individu memiliki karakteristik dan nilai-nilai kebudayaan nya masing-masing, terdapat perbedaan-perbedaan kebudayaan khas dan unik
kemudian kebudayaan dapat
dipahami sebagai
identitas bagi individu yang bersangkutan. Begitu juga seperti
Klien yang berasal dari suku lampung. Suku lampung sendiri memiliki
karakteristik sikap keras dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai religi.
Selain agama yang dijadikan pandangan hidup, orang lampung juga mempunyai
pandangan hidup yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Pandangan hidup tersebut
tidak bertentangan dengan agama yang dianutnya karena secara tersurat dan
tersirat dikandung juga dalam ajaran agamanya, khususnya ajaran agama Islam.
Untuk dapat lebih memahami
nilai-nilai atau unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam Suku Lampung
penjelasanya sebagai berikut:
a)
Sistem Peralatan dan Teknologi
b)
Bahasa
c)
Mata Pencaharian
d) Organisasi
Sosial / Sistem Kemasyarakatan
e) Sistem
Pengetahuan
f) Kesenian
g)
Religi/Agama
4.
Pendekatan Konseling Lintas Budaya
Yang Digunakan Dalam Penanganan Masalah Klien:
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disegala
bidang dalam era globalisasi memerlukan penanganan yang lebih intensip
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang terus menerus mengalami
perubahan ada
beberapa kemungkinan
yang terjadi dari peristiwa tersebut. Antara lain misalnya ada budaya tertentu
yang pendukungnya lebih memilih menghindari konflik dengan jalan menghindari
budaya tertentu dengan pertemuan dengan pendukung budaya yang lain dan hanya berdiam
di kawasan budayanya sendiri. Dengan demikian terkesan lebih bersikap tinggal
atau berdiam dalam kawasan budayanya sendiri.
Sepintas terkesan bahwa dengan hanya mengembangkan interaksi pergaulan di
lingkungan sendiri akan menjadikan warga masyarakat pendukung budaya tersebut
lebih aman dan terhindar dari konflik apalagi gegar budaya akibat bertemu
dengan budaya lain. Namun apabila kita cermati, ternyata penyikapan yang
demikian itu ternyata tidak menguntungkan bagi perkembangan yang sehat bagi
suatu budaya.
Masyarakat pendukung budaya
tersebut menjadi ekslusif dan terisolasi. Mereka kehilangan peluang memperoleh
akses informasi dan wacana yang berkembang di dunia internasional yang sesungguhnya menjadi kunci untuk tetap eksis dalam pergaulan
antar bangsa. Mereka ini akhirnya hanya akan menjadi ”katak dalam tempurung”
dan kehilangan kesempatan untuk belajar dan mengaktualisasikan diri secara
lebih baik.Padahal budaya yang maju adalah budaya yang mau dan siap membuka
diri terhadap perubahan termasuk perubahan akibat pertemuan dengan budaya lain.
Membuka diri berarti pula memahami dan menerima budaya lain dan siap menerima
perbedaan. Pendekatan konseling lintas budaya
yang dapat digunakan dalam penanganan masalah klien yaitu:
Pendekatan Konseling Client-centered therapy, sering
juga disebut person-centered therapy dikembangkan
oleh Carl Ransom Rogers hubungan konselor-klien sangat penting.
Kualitas konselor seperti kehangatan, empati, kepedulian, dan kemampuan
mengkomunikasikan sikap-sikap tersebut sangat ditekankan dalam pendekatan ini.
Tujuan dari konseling ini yaitu klien menggunakan hubungan yang nyata dengan
konselor untuk menerjemahkan belajat kedalam bentuk hubungan yang lain.
5.
Verbatim
Konseling (Pengantaran sampai pengakhiran)
No
|
Pelaku
Konseling
|
Dialog
|
|
1.
|
Klien
|
Assalamualaikum Wr. Wb.. (mengetuk pintu)
|
|
2.
|
Konselor
|
Waalaikum Salam Wr. Wb. ayok mari mas silahkan masuk
dipakai saja sepatunya...!!! (mempersilahkan masuk)
|
|
3.
|
Klien
|
Iya Bu...!!! (dengan wajah menunduk dan berjabat
tangan)
|
|
4.
|
Konselor
|
Lha kenapa berdiri mas? Ayok silahkan duduk..!!!
(mempersilahkan duduk)
|
|
5.
|
Klien
|
Iya Bu...Terima Kasih
|
|
6.
|
Konselor
|
Ada apa yah Mas? (Keterampilan bertanya)
|
|
7.
|
Klien
|
Emmmmm......!!! (diam)
|
|
8.
|
Konselor
|
Ya sudah...Coba Mas tarik Nafas dulu, terus
keluarkan pelan-pelan..!!! (memberikan kenyamanan pada klien)
|
|
9.
|
Klien
|
Hhhhhhzzzz......haaaahhhhh...(tarik nafas)
|
|
10.
|
Konselor
|
Gimana Mas? Sudah agak lega kan? Ibu juga suka melakukan hal itu kok.!!
|
|
11.
|
Klien
|
Alhamdulillah...Lumayan bu. (klien malu-malu dan
agak takut)
|
|
12.
|
Konselor
|
Jangan takut..!!! Anggap saja Ibu ini saudara Mas
sendiri..!! Oh ya saya lupa, nama Ibu Rini , Kalau adik siapa? (berjabat
tangan)
|
|
13.
|
Klien
|
Saya Fuad Bu..! (masih berjabat tangan)
|
|
14.
|
Konselor
|
Ohh iya saya panggil adik saja yah? (tersenyum)
|
|
15.
|
Klien
|
Iya Bu..Hehehe. (tersenyum)
|
|
16.
|
Konselor
|
Kayaknya ada sesuatu yang pingin adik ungkapkan? Oh
iya, sebelumnya adik pernah melakukan konseling belum?
|
|
17.
|
Klien
|
Belum Bu..! (wajah menengadah)
|
|
18.
|
Konselor
|
Adik tahu apa itu konseling?
|
|
19
|
Klien
|
Kata temen-temen saya kalau datang kesini semua
masalah bisa terselesaikan Bu. Bener gak Bu? (wajah diangkat)
|
|
20.
|
Konselor
|
Konseling itu membantu permasalahan individu dalam
menyelesaikan masalahnya, adik punya masalah, saya sebagai konselor membantu
adik untuk pencapaian masalah yang ingin diselesaikan. Jadi adik di sini
jangan takut untuk mengungkapkan semua unek-unek adik kepada Ibu..!!!
|
|
21.
|
Klien
|
Iya bu terimakasih.
Jadi saya datang kesini ada yang ingin saya bicarakan bahwasannya saya
merupakan orang suku lampung asli. saya berniat untuk melamar pekerjaan
dijakarta sebagai karyawan diperusahaan ternama, namun ketika saya ingin
melamar pekerjaan disana saya
mengalami hambatan karena saya bersuku lampung, sedangkan penerimaan
karyawan dari suku lampung itu sulit karena suku lampung terkenal bahwa
mereka berwatak keras dan suka membegal. Jadi perusahaan yang berada di
jakarta enggan untuk menerima saya bu.
|
|
22.
|
Konselor
|
Terus...
|
|
23.
|
Klien
|
Saya...saya
harus bagaimana...saya tidak tahu
|
|
24.
|
Konselor
|
.......................(diam)
|
|
25.
|
Klien
|
Saya ingin
sekali mendapatkan pekerjaan itu yang sesuai dengan skill yang saya miliki
|
|
26.
|
Konselor
|
Bagaimana
usaha anda sampai saat ini untuk mendapatkan pekerjaan tersebut
|
|
27.
|
Klien
|
Saya sudah
berusaha mendaftarkan jauh jauh dari lampung ke jakarta
|
|
28.
|
Konselor
|
Apakah
potensi yang anda miliki selain itu?
|
|
29.
|
Klien
|
Saya
memiliki bakat melukis bu
|
|
30.
|
Konselor
|
Terus....
|
|
31.
|
Klien
|
Tapi saya bingung????
|
|
32.
|
Konselor
|
Adakah
yang anda maksud dengan bingung
|
|
33.
|
Klien
|
Tapi
saya bingung bu, apabila saya mengambil pekerjaan melukis saya bekerja dimana
bu?
|
|
34.
|
Konselor
|
Apakah
kamu tidak berkeinginan untuk mempunyai usaha sanggar lukis sendiri?
|
|
35.
|
Klien
|
Saya
berkeinginan bu, tetapi saya tidak memiliki tempat untuk mendirikan sanggar
tersebut
|
|
36.
|
Konselor
|
Terus.....
|
|
37.
|
Klien
|
Lalu
saya harus bagaimana bu?
|
|
38.
|
Konselor
|
Tadi
anda juga bilang bahwa anda ada keinginan untuk membuka usaha sanggar, terus
adakah usaha anda?
|
|
39.
|
Klien
|
Belum
ada bu
|
|
40.
|
Konselor
|
......(diam)
|
|
41.
|
Klien
|
Saya
tidak tahu dimana tempat yang strategis untuk membuka sanggar tersebut
|
|
42.
|
Konselor
|
Apakah
kamu sudah mencoba mencari informasi
|
|
43.
|
Klien
|
Belum
bu, kira kira tempat yang cocok untuk membuka sanggar tersebut dimana bu
|
|
44.
|
Konselor
|
Sebelumnya
saya mohon maaf kalo anda menanyaan tentang tempat saya sama sekali tidak
mengetahuinya. Bagaimana bila anda menanyakan langsung kepada orang yang
sudah berpengalaman membuka sanggar lukis
|
|
45.
|
Klien
|
Ohhh
jadi seperti itu ya bu
|
|
46.
|
Konselor
|
Iya
saya rasa anda sudah memahami harus bagaimana
|
|
47.
|
Klien
|
Iya
bu, saya sudah bisa mengambil langkah apa yang akan saya ambil untuk
kedepannya
|
|
48.
|
Konselor
|
Baguslah
kalau begitu ibu senang mendengarnya
|
|
49.
|
Klien
|
Baik
bu, terimakasih saya permisi dulu
|
|
50.
|
Konselor
|
Iya
baiklah, saya senang kamu sudah mau berbagi dengan saya, dan saya menunggu
kedatanganmu selanjutnya.
|
|
51.
|
Klien
|
Baik
bu saya permisi dulu, selamat siang?
|
|
52.
|
Konselor
|
Selamat
siang.
|
6.
Susunan
Secara Singkat dan jelas Hasil Konseling yang Telah Dilakukan:
Secara
singkat hasil konseling diatas dapat dirangkum sebagai berikut:
a.
Membangun hubungan pribadi dengan Konseli
Disini
konselor memperkenalkan diri dan menanyakan kabar klien
b.
Mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran
dan perasaan konseli
Konselor
bertugas untuk mendengar dan memperhatikan dengan seksama ungkapan pikiran dan
perasaan konseli, kemudian konselor menafsirkan
c.
Mengadakan analisis kasus
Setelah
menafsirkan konselor menganalisis permasalahan yang dihadapi klien, karena
tugas konselor selanjutnya adalah menempatkan dan meyalurkan supaya konseli
dapat menghadapi persoalannya.
d.
Membantu konseli untuk menemukan jalan keluar dari
permasalahan nya
Konselor
dapat memberi tahu bahwa karir apa yang bisa klien ambil
e.
Mengakhiri hubungan pribadi dengan klien
Konselor
mengakhiri hubungan pribadi dengan klien setelah dapat memberikan bantuan agar
klien dapat membuka usaha sendiri.
Setelah
melakukan proses konseling tersebut hasil yang diperoleh adalah:
a. Memperbaiki
dan mengubah sikap klien dengan
memberikan gambaran tentang pekerjaan
b. Klien
bisa memilih karir yang sesuai dengan kemampuan yang klien miliki
DAFTAR
PUSTAKA
Corey, Gerald. 2005. Teori dan
Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung. PT Refika Aditama.
Lumongga, Lubis. 2011. Memahami
Dasar-Dasar Konseling. Medan. PT Kharisma Putra Utama.