Fikir matang-matang dahulu sebelum Kuliah di tahun 2021

Fikir matang-matang dahulu sebelum Kuliah di tahun 2021

Kuliah untuk studi lanjutan saat taman sekolah menengah atas ( SMA ) merupakan sebuah alasan dimana banyak kalangan orang tuan yang biasanya tamatan S1 jadi jika anaknya tidak kuliah maka sia-sia gelar yang didapatnya.

Maka untuk memecah masalah ini saya pribadi mempunyai tips dimana hal ini adalah sebuah pengalaman pribadi yang saya miliki.

Awal saat lulus sekolah saya tidak langsung kuliah namun menentukan skil apa yang saya punya dan akhirnya membuka service komputer. Pada saat itu karena menurut saya skilnya disitu namun setahun berjalan saya juga mendirikan privat komputer dimana hal tersebut membuat banyak sindiran pedas, masa iya yang diajarkan sarjana sedangkan yang mengajar tidak sarjana, padahal waktu itu saya sudah puas akan hasil yang diperoleh 2digit kurang lebih.

Namun karena adanya desakan itu diputuskan secara emosional untuk kuliah. 2 tahun berjalan hingga akhirnya privat dan service komputer yang saya bangun pupus karena kesibukan kuliah yang sangat bikinq gemes. 

Intinya jika kalian mau kuliah atau tidak tentukan dari hati kalian jangan dampai ego menguasai pikiran, perbaiki niat jangan sampai salah. Ingat sekarang jaman modern eranya 4.0 yang sebentar lagi semua akan digital sehingga skillah yang harus ada sekarang. 

Jika kamu mampu untuk di pertanian atau perkebunan tekunilah itu jangan sampai kamu kuliah dibidang yang menurut kawan atau orang tua desak hingga egomu menuruti itu.

Semoga cuplikan cerita ini bisa jadi salah satu acuan dan berubahnya pola pikir, sehingga ketepatan untuk kuliah jadi berjalan mulus sesuai dengan kemampuan dan keinginan yang kita miliki.
MAKALAH PSIKOLOGI LINGKUNGAN RUANG PERSONAL (PERSONAL SPACE)

MAKALAH PSIKOLOGI LINGKUNGAN RUANG PERSONAL (PERSONAL SPACE)

TUGAS KELOMPOK
MAKALAH PSIKOLOGI LINGKUNGAN
RUANG PERSONAL (PERSONAL SPACE)
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh mata kuliah Psikologi Lingkungan yang diampu oleh Mudaim.,M.Pd





Disusun oleh :
TIYA RAHMAWATI          14130036
PUTRI NOVERIA R.I         14130029
MASHURIN                          14130021
RA’ID NAUVAL                  14130030


BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
APRIL 2015





KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT karna rahmad dan hidayah-Nya dan serta petunjuknya yang telah memberikan kekuatan untuk kami sehingga kami dapat menyusun serta menyelesaikan makalah.
            Makalah ini sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas Psikologi Lingkungan program study bimbingan dan konseling fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas muhammadiyah metro. Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada Bapak Mudaim.,M.Pd selaku dosen pengampu.
Kami menyadari banyak kekurangan yang terdapat  pada makalah ini,oleh karena itu kami berharap pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan umum.
Terimakasih dan semoga makalah ini bisa memberikan pengetahuan bagi kita semua.


                                                                                    Metro, April 2015



                                                                                                Penulis









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar  Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ruang Personal....................................................................................
B. Pengukuran Ruang Lingkup Personal..................................................................  
C. Ruang Personal Serta Perilaku Manusia Dan Lingkungan................................    
BAB III PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
















BAB I
PENDAHULUAN


A.      LATAR BELAKANG
       Istilah personal space pertama kali digunakan oleh katz pada tahun 1973 dan bukan merupakan sesuatu yang unik dalam istilah psikologi, karena istilah ini juga dipakai dalam istilah biologi, antropologi, dan arsitektur. Masalah mengenai ruang personal ini berhubungan dengan batas-batas disekeliling seseorang. Menurut sommer ruang personal adalah daerah di sekeliling seseorang dengan batas-batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinya. Goffman (dalam Altman, 1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak atau daerah disekitar individu dimana jika dimasuki orang lain menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang dan kadang-kadang menarik diri.
      
B. RUMUSAN MASALAH
   1. Apakah ruang personal itu?
   2. Apa hubungan ruang personal terhadap lingkungan?
   3. Apa saja pengukuran ruang lingkup personal?

C. TUJUAN PENULISAN
     1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ruang personal itu.
     2. Untuk mengetahui hubungan antara ruang personal terhadap lingkungan.
     3. Untuk mengetahui apa saja pengukuran ruang lingkup personal.





BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN TEORI RUANG PERSONAL
1. Pengertian Ruang Personal
       Ruang personal adalah ruang di sekeliling individu, yang selalu dibawa orang kemana saja ia pergi dan orang akan merasa terganggu jika ruamg tersebut diinterferensi (Gifford, 1987). Artinya kebutuhan terhadap ruang personal terjadi ketika orang lain hadir.
       Menurut Sommer(dalam Altman, 1975) ruang personal adalah daerah di sekeliling seseorang dengan batas-batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinya. Goffman (dalam Altman, 1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak atau daerah disekitar individu dimana jika dimasuki orang lain menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang dan kadang-kadang menarik diri.
Beberapa definisi ruang personal secara implicit berdasarkan hasil-hasil penelitian, antara lain :
1. Ruang personal adalah batas-batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain
2. Ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri
3. Pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan dari kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.
4. Ketika seseorang melanggar ruang personal lain, maka dapat berakibat kecemasan, stres dan perkelahian.
5. Ruang personal berhubun gan secara langsung dengan jarak-jarak antar manusia.
       Ruang personal  atau personal space selintas yang ada difikiran  kita adalah suatau ruang yang sifatnya pribadi atau privacy bagi seseorang . privacy itu sendiri adalah kemampuan satu atau sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. Privasi kadang dihubungkan dengan anonimitas walaupun anonimitas terutama lebih dihargai oleh orang yang dikenal publik. Privacy dapat dianggap sebagai suatu aspek dari keamanan.
       Personal space adalah juga dipengaruhi oleh posisi seseorang dalam masyarakat dengan individu-individu lebih makmur menuntut ruang pribadi yang lebih besar. Kajian ini kemudian ditransformasikan dengan cara membentuk pembatas serta dapat pula diumpamakan semacam gelembung yang mengelilingi individu dengan individu yang lain
       Masalah mengenai ruang personal ini berhubungan dengan batas-batas disekeliling seseorang. Dimana beberapa tokoh mengemukakan pendapatnya mengenai ruang peronal itu sendiri, diantaranya

a. Menurut Sommer
       Ruang personal adalah daerah disekeliling seseorang dengan batas – batas yang tidak  jelas dimana  seseorang tidak boleh memasukinya. (dalam Altman, 1975)

b. Goffman
       Menggambarkan ruang personal sebagai jarak/daerah di sekitar individu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia akan merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang, dan kadang – kadang menarik diri. (dalam Altman, 1975)

ada 4 lapisan personal space menurut Hall, diantaranya:
  1. Jarak intim (0-0.5m) jarak ini adalah jarak dimana kita hanya mengizinkan orang-orang yang terasa  sangat dekat dengan kita untuk berada didalamnya. Biasanya kekasih pasangan, orang tua, kakak/adik, dan sahabat dekat dapat mamasukinya tanpa menimbulkan rasa risih
  2. Jarak personal : (0.51.3m) jarak ideal untuk percakapan antara 2 orang teman atau antar orang yang sudah saling akrab
  3. Jarak sosial: (1.3-4m) jarak yang biasany kita buat untuk hubungan yang bersifat formal, seperti  seperti : bisnis, pembicaraan denga orang yang baru kita kenal
  4. Jarak publikL4-8m) jarak untuk hubungan yang lebih formal seperti penceramah dengan hadirinya. Pempampresnya amerika biasanya membuat ruang kosong selebar +?/4m untuk menjaga pejabat penting.

2. Teori Ruang Personal
       Ilmu untuk meneliti personal space ini dinamakan  proxemics (proxy = jarak), yaitu ilmu tentang space sebagai media hubungan antar manusia. Salah satu metode yang dipakai dalam proxemics adalah prosedur stop-jarak, yaitu orang percobaan (o.p) diminta untuk duduk atau berdiri di suatu tempat tertentu dan orang lain diminta untuk mendekatinya secara bertahap (makin lama makin mendekat). Jika o.p sudah merasa terganggu atau kurang senang maka ia harus menyuruh orang lain itu berhenti dan pemimpin percobaan (p.p) akan mencatat jarak antara o.p dan orang lain itu pada saat dia dihentikan. Jarak inilah yang menunjukkan personal space dari o.p terhadap orang yang bersangkutan.

3.    Zona Interaksi Sosial
Menurut Edward T. Hall, seorang antropolog, bahwa dalam interaksi social terdapat empat zona spasial yang meliputi : jarak intim, jarak personal, jarak social, dan jarak public.

a. Jarak Intim
1. Jarak yang dekat/akrab atau keakraban dengan jarak 0 – 18 inci.
2. Pada jarak 0 – 6 inci, kontak fisik merupakan hal yang penting.
3. Jarak yang diperuntukkan pada “intimate lovers”
4.Menyenangkan ketika berinteraksi dengan orang lain yang dicintai, tidak menyenangkan dalam situasi yang lain.

b. Jarak Pribadi
    1. Karakteristik keregangan yang biasa dipakai individu satu sama lain
    2. Jarak antara 1,5 – 4 kaki
    3. Fase dekat (1,5 – 2,5 kaki) dan fase jauh (2,5 – 4 kaki)
    4. Fase dekat : masih memungkinkan pertukaran sentuhan, bau, pandangan, dan isyarat – isyarat lainnya.
    5. Fase jauh : jarak dimana masing – masing orang dapat saling menyentuh dengan mengulurkan tangan. Komunikasi halus (fine grain communication) masih dapat diamati.
    6. Transisi antara kontak intim dengan tingkah laku umum yang agak formal.

c. Jarak Sosial
   1. Jarak 4 – 12 kaki
   2. Jarak yang memungkinkan terjadinya kontak social yang umum, seperti hubungan bisnis.
   3. Fase dekat (4 – 7 kaki)
   4. Fase jauh (7 – 12 kaki)

d. Zona Publik
    1. Jarak 12 – 25 kaki
    2. Isyarat – isyarat komunikasi sedikit
    3. Situasi formal atau pembicaraan umum / orang – orang yang berstatus lebih tinggi.


B. PENGUKURAN RUANG LINGKUP PERSONAL
     1. unsur-unsur yang mempengaruhi jarak Ruang Personal seseorang
         1. Jenis Kelamin
   Umumnya laki-laki memiliki ruang yang lebih besar, walaupun demikian faktor jenis kelamin bukanlah faktor yang berdiri sendiri,
         2. Umur
   Makin bertambah usia seseorang, makin besar ruang personalnya, ini ada  kaitannya dengan kemandirian.  Pada saat bayi, hampir tidak ada kemampuan untuk menetapkan jarak karena tingkat ketergantungan yang makin tinggi.  Pada usia 18 bulan, bayi sudah mulai bisa memutuskan ruang personalnya tergantung pada orang dan situasi.  Ketika berumur 12 tahun, seorang anak sudah menerapkan RP seperti yang dilakukan orang dewasa.
      3. Kepribadian
 Orang-orang yang berkepribadian terbuka, ramah atau cepat akrab biasanya memiliki RP yang lebih kecil.  Demikian halnya dengan orang-orang yang lebih mandiri lebih memilih ruang personal yang lebih kecil.  Sebaliknya si pencemas akan lebih mengambil jarak dengan orang lain, demikian halnya dengan orang yang bersifat kompetitif dan terburu-buru.
     4. Gangguan Psikologi atau Kekerasan
Orang yang mempunyai masalah kejiwaan punya aturan sendiri tentang RP ini.  Sebuah penelitian pada pengidap skizoprenia memperlihatkan bahwa kadang-kadang mereka membuat jarak yang besar dengan orang lain, tetapi di saat lain justru menjadi sangat dekat
     5. Kondisi Kecacatan
Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan antara kondisi kecatatan dengan RP yang diterapkan.  Beberapa anak autis memilih jarak lebih dekat ke orang tuanya, sedangkan anak-anak dengan tipe autis tidak aktif, anak hiperaktif dan terbelakang mental memilih untuk menjaga jarak dengan orang dewasa.
     6. Ketertarikan
Ketertarikan, keakraban dan persahabatan membawa pada kondisi perasaan positif dan negatif antara satu orang dengan orang lain.  Namun yang paling umum adalah kita biasanya akan mendekati sesuatu jika tertarik.  Dua sahabat akan berdiri pada jarak yang berdekatan dibanding dua orang yang saling asing.  Sepasang suami istri akan duduk saling berdekatan dibanding sepasang laki-laki dan perempuan yang kebetulan menduduki bangku yang sama di sebuah taman.
     7. Rasa Aman/Ketakutan
Kita tidak keberatan berdekatan dengan seseorang jika merasa aman dan sebaliknya.  Kadang ketakutan tersebut berasal dari stigma yang salah pada pihak-pihak tertentu,misalnya kita sering kali menjauh ketika berpapasan dengan orang cacat, atau orang yang terbelakang mental atau bahkan orang gemuk.  Mungkin rasa tidak nyaman tersebut muncul karena faktor ketidakbiasaan dan adanya sesuatu yang berbeda. 
     8. Persaingan/Kerjasama
Pada situasi berkompetisi, orang cenderung mengambil posisi saling berhadapan, sedangkan pada kondisi bekerjasama kita cenderung mengambil posisi saling bersisian.  Tapi bisa juga sebaliknya, sepasang kekasih akan duduk berhadapan di ketika makan di restoran yang romantis,sedangkan dua orang pria yang duduk berdampingan di meja bar justru dalam kondisi saling bersaing mendapatkan perhatian seorang wanita yang baru masuk.
     9. Kekuasaan dan Status
            Makin besar perbedaan status makin besar pula jarak antar personalnya.
     10. Pengaruh Lingkungan Fisik
Ruang personal juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik.  Di ruang dengan cahaya redup orang akan nyaman jika posisinya lebih berdekatan, demikian halnya bila ruangannya sempit atau kecil.  Orang juga cenderung memilih duduk di bagian sudut daripada di tengah ruangan. 
     11. Dan beberapa variasi lain seperti budaya, religi dan suku/etnis


C. RUANG PERSONAL SERTA PERILAKU MANUSIA DAN LINGKUNGAN

       Faktor umum berpengaruh pada personal space seseorang. Pada umumnya , makin bertambah umur seseorang, mekin besar jarak personal space yang akan dikrnakanya pada orang-orang tertentu. Pada remaja misaknya, personal space terhadap lawan jenis akan lebih besar daripada anak-a nak. Sebalikna, anak-anak akan membuat membuat jarak yang lebih besar dengan orang yang tidak dikenal daripada remaja atau orang dewasa.
       Pada usia berapakah personal space ini mulai timbul pada diri seseorang ? mengenai hal ini ada perbedaan pendapat. Duke dan wilson (1973) serta ebert dan lepper (1975) menyatakan berdasarkan penelitian-penelitian mereka, bahwa personal spaceitu mulai timbul pada usia 45-63 bulan. Akan tetapi, penelitian-penelitian lain menunjukan usia yang lebih tinggi.altman ()1975 menyatakan bahwa personal bahwa personal space itu baru pada usia remaja.
       Selanjutnya dibuktikan juga bahwa tipe kepribadian itu sendiri berpengsaruh padaa personal space  seseorang.  Duke dan nowicki menyatakan bahwa orang dengan tippe kepribadian eksternal (merasa bahwa segala sesuatu lebi ditentukan oleh faktor-faktor diluar dirinya sendiri) memerlukan jarak personal space yang lebih besar dibandingkan orang bertipe internal( merasa bahwa segala sesuatu lebih banyak ditentukan oleh dirinya sendiri).
       Dalam penelitian lain, cook (1970) juga mengemukakan bahwa orang bertipe ekstrovert (lebih terbuka terhadap porang lain) memerlukan jarak personal space yang lebih kecil daripada tipe introvert (lebih berorientasi pada diri sendiri)
       Selanjutnya holahan melaporkan bahwa latar belakang suku bangsa dan kebudayaan  seseorang juga mempengaruhi personal spacenya. Misalnya, orang jerman lebih formal dalam berkomunikasi dengan orang lain dan karenanya mereka  lebih menjaga jarak. Jika personal space  mereka terganggu , sikap  mereka menjadi ofensif. Di pihak lain , orang inggris juga menjaga personal space dalam jarak yang jauh, tetapi lebih disebabkan oleh keinginan mereka untuk  tidak mengganggu personal space orang lain. Mereka berbicara berbisik-bisik dengan temanya juka ada orang ketiga yang ingin mereka jaga personal spacenya. Akan tetapi perbuatan ini oleh orang amerika justru dianggap tidak menyenangkan karena bisa disangka sedang membicarakan suatu rahasia yang tidak boleh diketahui oleh orang ketiga tersebut.
       Orang arab lain lagi, dalam berkomunikasi mereka harus sangat berdekatan. Dengan sesama jenis, kaum lelakinya saling merangkul dan mencium, bahkan mencium bau badan lawan bicaranya merupakan bagian diharuskan dalam komunikasi.
       Akhirnya, variasi dalam personal space ini ternyata dipengaruhi juga oleh keadaan lingkungan dimana orang-orang yang sedang berinterksi itu berada. Dalam ruang yang sempit diperlukan jarak lebih  lebar daripada ruang yang luas. Penyekat ruangan bisa mengurangi perasaan invasi terhadap personal space. Dalam keadaan gelap orang cenderung untuk saling menyentuh.


  1. Hubungan ruang personaal dengan lingkungan
       Ruang personal sangat bergantung dengan lingkungan. Dengan jarak-jarak yang sudah desebutkan diatas, apabila ada yang melebihi atau tidak sesuai dengan ketentuan jarak itu akan menjadi sangat terganggu. Terutama dilingkungan  pada seperti angkutan umum dimana orang-orang berdesakan sehingga jarak ruang terganggu.

       Aplikasi teori ruang personal terhadap rancangan lingkungan fisik adalah apakah fungsi utama dari lingkungan fisik adalah  apakah fungsi utama dari lingkungan fisik tersebut dikaitkan dengan aktivitas dalam setting tersebut. Jika setting dirancang untuk memfasilitasi hubungan interpersonal maka rancangan model sosiofugal yang diperlukan , seperti ruang keluarga, ruang makan, ataupun ruang tamu. Sebaliknya, jika setting dirancang untuk memfasilitasi hubungan interpersonal maka rancangan sosioprtal yang diperlukan seperti ruang baca diperpustakaan dan run=ang konsultasi dan sebagainya.


















BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
       Rung personal  adalah ruang disekeliling individu, yang selalu dibawa orang kemana saja ia pergi dan orang akan merasa terganggu jika ruang tersebut diinterferensi artinya kebutuhan terhadap ruang personal terjadi ketika orang lain hadir. Personal space adalah juga dipengaruhi oleh posisi seseorang dalam masyarakat dengan individu-individu lebih makmur menuntut ruang pribadi yang lebih besar. Kajian ini kemudian diinformasikan dengan cara membentuk pembatas serta dapat pula diumpamakan semacam gelembung yang mengelilingi individu dengan individu yang lain.
       Ilmu untuk meneliti personal space ini dinamakan  proxemics (proxy + jarak) , yaitu ilmu tentang space sebagai  media hubungan antar manusia. Faktor umur juga berpengaruh pada personal space seseorang. Pada umumnya, makin bertambah umur seseorang pada orang-orang tertentu.



ظَهَرَ الْفَسَادُ فِيْ اْلبَرِوالْحَرِّ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِىْ النَّاسِ لِيُذِ يْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).








DAFTAR PUSTAKA

avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf
elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab5-ruang_personal_dan_tetorialias.pdf
enwikipedia.org/wiki/personal space
psipop.blogspot.com/2010/03/ruang-pribadi-personal-dan-space.html
iderahde.blogspot.com/2010/04/ruang-pribadi-dan-aktualitas-diri.html




PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA UNTUK MENGENTASKAN MASALAH

PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA UNTUK MENGENTASKAN MASALAH

PELAKSANAAN KONSELING LINTAS BUDAYA
UNTUK MENGENTASKAN MASALAH  PILIHAN KARIER DALAM PERSPEKTIF BUDAYA
Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Akhir Mata Kulian Konseling Lintas Budaya





Oleh:
Rini Kusuma Dewi
14130033



PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2016
1.      Pelaksanaan Konseling Lintas Budaya
Untuk melaksanakan suatu bimbingan dan konseling, maka setiap guru pembimbing atau  konselor harus memperhatikan dan menjalankan asas-asas yang ada dalam bimbingan konseling, itu merupakan kode etik yang harus diketahui dan berpegang teguh pada asas itu dan asas yang dimaksud yaitu salah satunya adalah asas kemandirian. Oleh sebab itu pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan si klien dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. Hal ini  bermaksud untuk dapat mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya, menerima diri sendiri  dan lingkungan secara positif dan dinamis, mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri, mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi,minat dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dan apabila dalam penyajiaan dari studi kasus ini terdapat kesamaan dengan identitas atau masalah dengan orang lain hal itu hanya secara kebetulan saja.

Deskripsi Permasalahan Klien:

Fuad merupakan seseorang lulusan teknologi informasi yang  berada di sumatera .saat ini Fuad sendiri merupakan orang suku lampung asli. Ia berniat untuk melamar pekerjaan dijakarta sebagai karyawan diperusahaan ternama, namun ketika ingin melamar pekerjaan disana  ia mengalami hambatan karena ia bersuku lampung, sedangkan penerimaan karyawan dari suku lampung itu sulit karena suku lampung terkenal bahwa mereka berwatak keras dan suka membegal. Jadi perusahaan yang berda di jakarta enggan untuk menerima karyawan dari lampung tersebut.


2.      Identifikasi Masalah Konseli Dalam Satu Persfektif  Teori Konseling
Dilihat dari deskripsi diatas dapat simpulkan bahwa konseli menunjukan bentuk pemikiran yang cenderung memiliki kekawatiran dan akhirnya memunculkan kecemasan yang berlebihan hingga membuat klien menunjukan sikap gelisah yang berlebihan. Maka klien memerlukan konsultasi kepada seseorang yang ahli seperti konselor.
Permasalahan klien diatas dapat di lakukan konseling dengan menggunakan Teori client-centered.

Teori client-centered itu sendiri menekankan bahwa manusia dapat dipercaya karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif. Setiap individu memiliki kemampuan menuju keadaan psikologis yang sehat secara sadar dan terarah dari dalam dirinya. Teori client-centered juga dianggap sebagai self-theory, untuk menjadi individu yang memiliki self yang sehat, klien memerlukan penghargaan yang positif, kehangatan cinta, kepedulian, dan penerimaan.

Rogers mengungkapkan bahwa kepribadian manusia itu unik dan positif. Setiap individu memiliki kecenderungan untuk mengaktualisasikan dirinya secara terarah dan konstruktif.

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam clien-centered adalah menciptakan suasana konseling yang kondusif untuk membantu klien menjadi pribadi yang dapat berfungsi secara utuh dan positif. Titik berat dari tujuan client-centered adalah menjadikan tingkah laku klien kongruen dan autentik.Hal penting yang ingin dicapai dari client-centered adalah menjadikan klien sebagai pribadi yang berfungsi sepenuhnya yang memiliki arti sama dengan aktualisasi diri.
Teknik yang digunakan dalam client-centered adalah empathy, positive regard(acceptance), congruence.Empati adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan pembelajaran. Positive Regard yang di kenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi – sangat menghargai klien karena keberadaannya.Congruence / Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan – pulasan.
Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.

3.      Identifikasi Karakteristik Dan Nilai Dari Konseli Dan Konselor Berdasarkan Nilai Budaya Yang Dianut

Setiap manusia atau individu memiliki karakteristik dan nilai-nilai kebudayaan nya masing-masing, terdapat perbedaan-perbedaan kebudayaan khas dan unik kemudian kebudayaan dapat dipahami sebagai identitas bagi individu yang bersangkutan. Begitu juga seperti Klien yang berasal dari suku lampung. Suku lampung sendiri memiliki karakteristik sikap keras dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai religi. Selain agama yang dijadikan pandangan hidup, orang lampung juga mempunyai pandangan hidup yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Pandangan hidup tersebut tidak bertentangan dengan agama yang dianutnya karena secara tersurat dan tersirat dikandung juga dalam ajaran agamanya, khususnya ajaran agama Islam.
Untuk dapat lebih memahami nilai-nilai atau unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam Suku Lampung penjelasanya sebagai berikut:
a)      Sistem Peralatan dan Teknologi
b)      Bahasa
c)      Mata Pencaharian
d)     Organisasi Sosial / Sistem Kemasyarakatan
e)      Sistem Pengetahuan
f)       Kesenian
g)      Religi/Agama


4.      Pendekatan Konseling Lintas Budaya Yang Digunakan Dalam Penanganan Masalah Klien:
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disegala bidang dalam era globalisasi memerlukan penanganan yang lebih intensip disesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang terus menerus mengalami perubahan ada
beberapa kemungkinan yang terjadi dari peristiwa tersebut. Antara lain misalnya ada budaya tertentu yang pendukungnya lebih memilih menghindari konflik dengan jalan menghindari budaya tertentu dengan pertemuan dengan pendukung budaya yang lain dan hanya berdiam di kawasan budayanya sendiri. Dengan demikian terkesan lebih bersikap tinggal atau berdiam dalam kawasan budayanya sendiri.
Sepintas terkesan bahwa dengan hanya mengembangkan interaksi pergaulan di lingkungan sendiri akan menjadikan warga masyarakat pendukung budaya tersebut lebih aman dan terhindar dari konflik apalagi gegar budaya akibat bertemu dengan budaya lain. Namun apabila kita cermati, ternyata penyikapan yang demikian itu ternyata tidak menguntungkan bagi perkembangan yang sehat bagi suatu budaya.
Masyarakat pendukung budaya tersebut menjadi ekslusif dan terisolasi. Mereka kehilangan peluang memperoleh akses informasi dan wacana yang berkembang di dunia internasional  yang sesungguhnya menjadi kunci untuk tetap eksis dalam pergaulan antar bangsa. Mereka ini akhirnya hanya akan menjadi ”katak dalam tempurung” dan kehilangan kesempatan untuk belajar dan mengaktualisasikan diri secara lebih baik.Padahal budaya yang maju adalah budaya yang mau dan siap membuka diri terhadap perubahan termasuk perubahan akibat pertemuan dengan budaya lain. Membuka diri berarti pula memahami dan menerima budaya lain dan siap menerima perbedaan. Pendekatan konseling lintas budaya yang dapat digunakan dalam penanganan masalah klien yaitu: 
Pendekatan Konseling Client-centered therapy, sering juga disebut person-centered therapy dikembangkan oleh Carl Ransom Rogers hubungan konselor-klien sangat penting. Kualitas konselor seperti kehangatan, empati, kepedulian, dan kemampuan mengkomunikasikan sikap-sikap tersebut sangat ditekankan dalam pendekatan ini. Tujuan dari konseling ini yaitu klien menggunakan hubungan yang nyata dengan konselor untuk menerjemahkan belajat kedalam bentuk hubungan yang lain.





5.      Verbatim Konseling (Pengantaran sampai pengakhiran)
No
Pelaku Konseling
Dialog
1.
Klien
Assalamualaikum Wr. Wb.. (mengetuk pintu)
2.
Konselor
Waalaikum Salam Wr. Wb. ayok mari mas silahkan masuk dipakai saja sepatunya...!!! (mempersilahkan masuk)
3.
Klien
Iya Bu...!!! (dengan wajah menunduk dan berjabat tangan)
4.
Konselor
Lha kenapa berdiri mas? Ayok silahkan duduk..!!! (mempersilahkan duduk)
5.
Klien
Iya Bu...Terima Kasih
6.
Konselor
Ada apa yah Mas? (Keterampilan bertanya)
7.
Klien
Emmmmm......!!! (diam)
8.
Konselor
Ya sudah...Coba Mas tarik Nafas dulu, terus keluarkan pelan-pelan..!!! (memberikan kenyamanan pada klien)
9.
Klien
Hhhhhhzzzz......haaaahhhhh...(tarik nafas)
10.
Konselor
Gimana Mas? Sudah agak lega kan? Ibu  juga suka melakukan hal itu kok.!!
11.
Klien
Alhamdulillah...Lumayan bu. (klien malu-malu dan agak takut)
12.
Konselor
Jangan takut..!!! Anggap saja Ibu ini saudara Mas sendiri..!! Oh ya saya lupa, nama Ibu Rini , Kalau adik siapa? (berjabat tangan)
13.
Klien
Saya Fuad Bu..! (masih berjabat tangan)

14.
Konselor
Ohh iya saya panggil adik saja yah? (tersenyum)
15.
Klien
Iya Bu..Hehehe. (tersenyum)

16.
Konselor
Kayaknya ada sesuatu yang pingin adik ungkapkan? Oh iya, sebelumnya adik pernah melakukan konseling belum?
17.
Klien
Belum Bu..! (wajah menengadah)

18.
Konselor
Adik tahu apa itu konseling?

19
Klien
Kata temen-temen saya kalau datang kesini semua masalah bisa terselesaikan Bu. Bener gak Bu? (wajah diangkat)
20.
Konselor
Konseling itu membantu permasalahan individu dalam menyelesaikan masalahnya, adik punya masalah, saya sebagai konselor membantu adik untuk pencapaian masalah yang ingin diselesaikan. Jadi adik di sini jangan takut untuk mengungkapkan semua unek-unek adik kepada Ibu..!!!
21.
Klien
Iya bu terimakasih. Jadi saya datang kesini ada yang ingin saya bicarakan bahwasannya saya merupakan orang suku lampung asli. saya berniat untuk melamar pekerjaan dijakarta sebagai karyawan diperusahaan ternama, namun ketika saya ingin melamar pekerjaan disana saya  mengalami hambatan karena saya bersuku lampung, sedangkan penerimaan karyawan dari suku lampung itu sulit karena suku lampung terkenal bahwa mereka berwatak keras dan suka membegal. Jadi perusahaan yang berada di jakarta enggan untuk menerima saya bu.
22.
Konselor
Terus...
23.
Klien
Saya...saya harus bagaimana...saya tidak tahu
24.
Konselor
.......................(diam)

25.
Klien
Saya ingin sekali mendapatkan pekerjaan itu yang sesuai dengan skill yang saya miliki
26.
Konselor
Bagaimana usaha anda sampai saat ini untuk mendapatkan pekerjaan tersebut
27.
Klien
Saya sudah berusaha mendaftarkan jauh jauh dari lampung ke jakarta
28.
Konselor
Apakah potensi yang anda miliki selain itu?
29.
Klien
Saya memiliki bakat melukis bu

30.
Konselor

Terus....

31.
Klien
Tapi saya bingung????

32.
Konselor
Adakah yang anda maksud dengan bingung

33.
Klien
Tapi saya bingung bu, apabila saya mengambil pekerjaan melukis saya bekerja dimana bu?
34.
Konselor
Apakah kamu tidak berkeinginan untuk mempunyai usaha sanggar lukis sendiri?

35.
Klien
Saya berkeinginan bu, tetapi saya tidak memiliki tempat untuk mendirikan sanggar tersebut

36.
Konselor
Terus.....

37.
Klien
Lalu saya harus bagaimana bu?

38.
Konselor
Tadi anda juga bilang bahwa anda ada keinginan untuk membuka usaha sanggar, terus adakah usaha anda?

39.
Klien
Belum ada bu


40.
Konselor
......(diam)


41.
Klien
Saya tidak tahu dimana tempat yang strategis untuk membuka sanggar tersebut


42.
Konselor
Apakah kamu sudah mencoba mencari informasi


43.
Klien
Belum bu, kira kira tempat yang cocok untuk membuka sanggar tersebut dimana bu


44.
Konselor
Sebelumnya saya mohon maaf kalo anda menanyaan tentang tempat saya sama sekali tidak mengetahuinya. Bagaimana bila anda menanyakan langsung kepada orang yang sudah berpengalaman membuka sanggar lukis


45.
Klien
Ohhh jadi seperti itu ya bu


46.
Konselor
Iya saya rasa anda sudah memahami harus bagaimana


47.
Klien
Iya bu, saya sudah bisa mengambil langkah apa yang akan saya ambil untuk kedepannya


48.
Konselor
Baguslah kalau begitu ibu senang mendengarnya


49.
Klien
Baik bu, terimakasih saya permisi dulu


50.
Konselor
Iya baiklah, saya senang kamu sudah mau berbagi dengan saya, dan saya menunggu kedatanganmu selanjutnya.


51.
Klien
Baik bu saya permisi dulu, selamat siang?


52.
Konselor
Selamat siang.



                                                                                  



6.      Susunan Secara Singkat dan jelas Hasil Konseling yang Telah Dilakukan:
Secara singkat hasil konseling diatas dapat dirangkum sebagai berikut:
a.       Membangun hubungan pribadi dengan Konseli
Disini konselor memperkenalkan diri dan menanyakan kabar klien

b.      Mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan konseli
Konselor bertugas untuk mendengar dan memperhatikan dengan seksama ungkapan pikiran dan perasaan konseli, kemudian konselor menafsirkan

c.       Mengadakan analisis kasus
Setelah menafsirkan konselor menganalisis permasalahan yang dihadapi klien, karena tugas konselor selanjutnya adalah menempatkan dan meyalurkan supaya konseli dapat menghadapi persoalannya.

d.      Membantu konseli untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan nya
Konselor dapat memberi tahu bahwa karir apa yang bisa klien ambil

e.       Mengakhiri hubungan pribadi dengan klien
Konselor mengakhiri hubungan pribadi dengan klien setelah dapat memberikan bantuan agar klien dapat membuka usaha sendiri.


Setelah melakukan proses konseling tersebut hasil yang diperoleh adalah:
a.       Memperbaiki dan mengubah sikap klien  dengan memberikan gambaran tentang pekerjaan
b.      Klien bisa memilih karir yang sesuai dengan kemampuan yang klien miliki









DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung. PT Refika Aditama.
Lumongga, Lubis. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling. Medan. PT Kharisma Putra Utama.